Pinjol & Rentenir: Kenapa Masih Jadi Pilihan Meski Bunga Mencekik?
Pinjol ilegal & rentenir masih ramai dipakai meski bunga tinggi. Simak alasan, risikonya, dan solusi agar tidak terjebak utang mencekik.
Di tengah era digital, akses pinjaman semakin mudah. Bank, koperasi, hingga fintech resmi siap memberi pembiayaan.
Tapi ironisnya, pinjaman online ilegal (pinjol) dan rentenir tradisional tetap ramai dipakai masyarakat.
Padahal bunganya sering jauh lebih tinggi dari lembaga resmi, bahkan bisa mencekik sampai bikin peminjam jatuh miskin.
Kenapa hal ini masih terjadi?
Pinjol (pinjaman online) hadir dengan janji kemudahan: cukup KTP, bisa cair dalam hitungan menit.
Ada dua jenis:
Pinjol Legal → terdaftar di OJK, bunga & tenor diatur.
Pinjol Ilegal → tidak berizin, bunga dan cara nagih seenaknya.
Sayangnya, yang banyak dipakai justru pinjol ilegal karena prosesnya lebih instan.
Sedikit Sejarah: Rentenir Sudah Ada Sejak Lama
OJK (2024): 600 ribu lebih pengaduan terkait pinjol ilegal.
BI (2023): 30% UMKM mikro masih mengandalkan rentenir atau pinjaman pribadi.
Survei Katadata: 50% peminjam pinjol mengaku pakai untuk kebutuhan konsumtif, bukan produktif.
Bunga Super Tinggi
Pinjol ilegal: bunga harian 1–4% → 30–120% per bulan.
Rentenir pasar: 20–40% per bulan.
Untuk perbandingan: bunga bank resmi hanya 1–2% per bulan.
Jeratan Utang Berkepanjangan
Pinjam Rp1 juta bisa jadi Rp3–5 juta hanya dalam beberapa bulan.Teror Penagihan
Pinjol ilegal: sebar data kontak & foto KTP.
Rentenir: penagihan kasar, bahkan intimidasi fisik.
Stress & Keretakan Sosial
Banyak kasus rumah tangga hancur karena beban utang. Bahkan ada yang sampai bunuh diri akibat tekanan.
Masalah ini bukan hanya milik individu, tapi juga UMKM.
Omzet besar, tapi selalu habis.
Tidak ada pencatatan jelas, akhirnya usaha tergantung utang cepat.
Begitu ada masalah kecil, langsung lari ke pinjol/rentenir.
Di sinilah Beresin Bisnis hadir:
Rapihin cashflow usaha supaya jelas uang masuk–keluar.
Bedakan mana utang produktif, mana yang bikin sengsara.
Bikin laporan sederhana tapi powerful, biar usaha bisa jalan tanpa terus lari ke pinjaman darurat.
📲 Kalau kamu sering merasa “usaha rame tapi uangnya nggak pernah ada”, saatnya dirapikan. Hubungi tim Beresin.co di 0851-2120-4404
Kecepatan
Bank butuh waktu verifikasi berhari-hari. Pinjol/rentenir cair dalam hitungan menit.Syarat Ringan
Tidak butuh slip gaji, agunan, atau laporan usaha.Psikologi Darurat
Orang yang panik butuh uang cepat (biaya rumah sakit, sekolah anak, kebutuhan mendadak) lebih memilih solusi instan meski mahal.Kurangnya Literasi Keuangan
Banyak orang tidak paham cara hitung bunga harian/efektif → merasa cicilan kecil, padahal total membengkak.Akses Bank Terbatas
UMKM kecil, pedagang kaki lima, pekerja harian → banyak yang tidak punya akses perbankan formal.
Pinjol: Versi Modern dari Rentenir?
Kenapa Orang Masih Pilih Pinjol & Rentenir?
Istilah rentenir bukan hal baru di Indonesia.
Sejak zaman dulu, banyak pedagang pasar, nelayan, dan petani mengandalkan “tengkulak” atau pemberi pinjaman lokal.
Mereka memberi uang cepat tanpa syarat ribet.
Bayarannya biasanya pakai bunga harian atau potongan hasil panen.
Masyarakat lebih percaya pada rentenir karena dekat dan gampang ditemui.
Fenomena ini bertahan sampai sekarang, terutama di desa atau pasar tradisional.
Risiko Nyata Pinjol & Rentenir
Dari Pinjol ke UMKM: Pelajaran yang Sama
📊 Data Terkini Tentang Pinjol di Indonesia
Pakai Lembaga Resmi
Selalu cek daftar pinjol legal OJK. Jangan tergoda aplikasi tidak jelas.Bangun Dana Darurat
Sisihkan minimal 10% penghasilan, sekecil apapun.Atur Rasio Utang
Jangan biarkan cicilan lebih dari 30% gaji/pendapatan bulanan.Utang Hanya untuk Produktif
Pinjam untuk usaha, pendidikan, atau rumah. Hindari pinjaman untuk gaya hidup konsumtif.Edukasi Finansial
Pahami bunga efektif, biaya admin, dan tenor sebelum tanda tangan.
Solusi Agar Tidak Terjebak
Pinjol & rentenir memang menawarkan solusi instan. Tapi instan bukan berarti aman.
Utang cepat bisa jadi bom waktu kalau tidak dikelola.
Ujung-ujungnya, orang terjebak gali lubang tutup lubang, hidup makin berat.