Baru Gajian Kok Udah Habis? Cara Menghindari 5 Kebiasaan Sepele Ini
Simak 5 kebiasaan sepele penyebab gaji cepat ludes dan cara atur gaji bulanan biar dompet lebih aman.
Setiap akhir bulan, kita nunggu-nunggu momen paling menyenangkan: gajian.
Tapi anehnya, baru seminggu uang cair, saldo rekening sudah tipis.
Malah kadang belum 3 hari, gaji sudah “menghilang” entah ke mana.
Fenomena ini bukan cuma kamu yang ngalamin. Menurut survei OJK 2024, lebih dari 60% pekerja Indonesia mengaku gaji mereka selalu habis sebelum akhir bulan. Jadi, ini masalah umum — dan seringnya bukan soal gaji yang terlalu kecil, tapi kebiasaan yang salah.
Tanggal muda sering dianggap waktunya “merayakan” jerih payah sebulan penuh.
Hasilnya: nongkrong di kafe, checkout barang online, atau pesan makanan fancy lewat aplikasi.
🔎 Contoh nyata:
Beli kopi susu Rp30 ribu setiap hari → sebulan jadi Rp900 ribu.
Makan sekali di resto fancy Rp200 ribu → setara 20% uang kos bulanan.
Cara hindari:
Bedakan kebutuhan vs keinginan.
Terapkan “aturan 24 jam” sebelum beli barang non-pokok.
Tanpa anggaran, uang gaji seperti air tumpah: ngalir ke mana-mana tanpa jelas.
Akibatnya, tagihan listrik, cicilan, atau uang sewa malah kebayar belakangan.
🔎 Contoh nyata:
Gaji Rp6 juta → tanpa anggaran, bisa habis untuk gaya hidup. Pas akhir bulan, masih bingung cari uang buat bayar kos Rp1,5 juta.
Cara hindari:
Gunakan formula sederhana:
50% kebutuhan (kos, listrik, transport, makan pokok).
30% keinginan (nongkrong, hiburan, hobi).
20% tabungan/investasi (dana darurat, deposito, emas).
1. Belanja Emosional di Tanggal Muda
Bedanya, kalau pribadi hanya dompet pribadi yang bocor, kalau UMKM bisa bikin bisnis berhenti jalan.
Setiap kejadian kecil seperti ban bocor, anak sakit, atau HP rusak bisa bikin gaji habis mendadak kalau tidak ada dana darurat.
Biasanya solusinya → utang lagi.
🔎 Contoh nyata:
HP rusak → biaya servis Rp800 ribu. Tanpa dana darurat, gaji langsung terpotong, atau malah pakai PayLater.
Cara hindari:
Sisihkan sedikit demi sedikit (Rp200–300 ribu per bulan) sampai terkumpul 3–6 bulan biaya hidup.
Kalau semua uang digabung dalam 1 rekening, susah bedain mana tabungan, mana uang belanja.
Akhirnya, tabungan ikut terpakai.
🔎 Contoh nyata:
Gaji Rp5 juta → semua di 1 rekening. Saat ada diskon online, uang tabungan Rp1 juta ikut kepakai.
Cara hindari:
Gunakan minimal 2 rekening: satu khusus pengeluaran rutin, satu untuk tabungan.
Bisa juga pakai e-wallet terpisah untuk “uang jajan”.
5. Tidak Punya Dana Darurat
Baru gajian lalu uang habis dalam sekejap memang menyebalkan. Tapi solusinya bukan hanya berharap gaji naik, melainkan memperbaiki kebiasaan kecil:
Kurangi belanja emosional.
Buat anggaran bulanan.
Batasi cicilan.
Pisahkan rekening.
Bangun dana darurat.
Karena gaji yang aman bukan soal jumlahnya, tapi bagaimana kita mengelolanya.
Promo “bayar nanti” atau cicilan Rp100 ribu per bulan memang menggoda. Tapi seringkali lupa kalau punya 5 cicilan sekaligus.
🔎 Contoh nyata:
HP Rp3 juta dibayar pakai cicilan → total jadi Rp3,6 juta karena bunga.
Ditambah cicilan lain (baju, tas, gadget kecil), gaji habis hanya untuk setor utang.
Cara hindari:
Cicilan maksimal 30% dari gaji bulanan.
Gunakan cicilan hanya untuk hal produktif (misal: motor untuk kerja).
Kalau di level pribadi kita sering terjebak “baru gajian langsung habis”, di level usaha masalahnya lebih kompleks.
Banyak UMKM yang punya omzet besar, tapi tetap nggak pernah ada sisa karena cashflow berantakan.
Di sinilah Beresin Bisnis bisa membantu:
Membuat sistem cashflow rapi untuk UMKM.
Memisahkan keuangan pribadi & usaha.
Menyusun laporan sederhana agar tahu persis uang usaha dipakai untuk apa.
Membantu UMKM bikin anggaran dan dana darurat usaha.
📲 Kalau usaha kamu sering ngalamin “baru ada pemasukan langsung habis”, berarti waktunya dirapikan.
Hubungi tim Beresin.co di 0851-2120-4404
2. Tidak Punya Anggaran Bulanan
3. Mengandalkan PayLater dan Cicilan Ringan
4. Tidak Memisahkan Rekening
Dari Dompet Pribadi ke Dompet Usaha: Beresin Bisnis Jadi Solusi
Pola Besar yang Sama Terjadi di UMKM
Fenomena “baru gajian langsung habis” bukan hanya di level pribadi.
UMKM juga sering ngalamin hal sama: jualan rame, tapi uang selalu habis entah ke mana.
Penjualan harian tinggi → tapi tidak ada catatan detail.
Uang bercampur antara pribadi dan usaha.
Tidak ada anggaran → modal usaha terpakai untuk gaya hidup.
Tidak punya dana darurat → begitu ada barang rusak, usaha bisa berhenti.