3 Kebiasaan Keuangan Jarang Dibahas yang Bisa Bikin Kamu Tahan Krisis
3 kebiasaan keuangan jarang dibahas ini bisa bikin kamu dan bisnismu tahan krisis. Simak tips dana darurat, pemisahan biaya, dan catatan mikro
Banyak orang diajarkan soal menabung, investasi, atau “jangan boros”. Itu semua penting.
Tapi ada kebiasaan-kebiasaan finansial kecil yang jarang dibahas, padahal efeknya luar biasa buat ketahanan keuangan pribadi maupun usaha kecil. Kebiasaan ini bukan sekadar “hemat” — ini soal struktur, mindset, dan cara mengelola uang supaya tetap aman meski kondisi lagi susah.
Kebanyakan orang punya dana darurat di rekening tabungan biasa. Itu bagus, tapi kelemahannya satu: gampang banget kepakai. Karena uangnya selalu “terlihat” dan mudah ditarik, godaan buat dipakai belanja jadi besar.
Jarang yang tahu: dana darurat bisa disimpan di:
Tabungan berjangka: kamu tetap bisa tarik tapi ada penalti ringan sehingga gak tergoda sembarangan.
Rekening tanpa kartu ATM: aksesnya cuma lewat teller atau m-banking, jadi gak impulsif.
Deposito jangka pendek: fleksibel 1–3 bulan.
Untuk pemilik usaha kecil (UMKM), teknik ini mirip punya rekening parkir buat modal kerja 3–6 bulan ke depan. Ketika penjualan tiba-tiba turun, bisnis masih bisa bertahan tanpa panik pinjam uang.
Praktik nyata: Setiap kali ada pemasukan besar, langsung sisihkan 5–10% ke rekening parkir ini. Anggap aja “uang menghilang” yang bakal nolong saat darurat.
Konsep ini jarang banget diajarkan di seminar keuangan, padahal gampang dan efektif.
Uang Wajib Mati = uang yang “harus hilang” tiap bulan untuk biaya tetap: gaji karyawan, listrik, sewa, cicilan, pajak. Ini gak bisa ditawar.
Uang Fleksibel = uang yang bisa kamu atur: marketing, hiburan, bonus, renovasi kecil.
Dengan memisahkan dua ini di rekening berbeda, kamu langsung punya “dashboard” kesehatan keuangan. Begitu pemasukan turun, kamu tahu berapa biaya minimal agar bisnis tetap jalan tanpa harus “ngubek-ngubek” semua pos.
Praktik nyata: Buka dua rekening. Masukkan biaya tetap ke rekening pertama, dan biaya variabel ke rekening kedua. Dari situ, kamu bisa mengendalikan cash flow lebih mudah.
1. Menabung Dana Darurat dalam Bentuk Non-Tunai (Rekening Parkir)
Paket Sistem Keuangan Beresin Bisnis: template Google Sheet siap pakai untuk mencatat transaksi, memisahkan biaya tetap & fleksibel, dan mengawasi arus kas.
Beresin Keuangan PRO: pendampingan strategis ala CFO supaya kamu gak cuma punya data, tapi ngerti cara ambil keputusan dari data itu.
Kalau kamu pemilik usaha, menerapkan tiga kebiasaan ini lebih gampang kalau ada sistem pencatatan yang sudah siap pakai. Misalnya:
Bisnis jarang jatuh karena satu transaksi rugi besar. Yang sering bikin jatuh adalah bocor kecil yang terus-terusan.
Dana darurat non-tunai = benteng pertama.
Pisahkan wajib vs fleksibel = kontrol arus kas.
Catat transaksi mikro = tutup kebocoran margin.
Kalau tiga kebiasaan ini dipraktikkan, kamu punya bantalan finansial yang lebih kuat dibanding sekadar menabung biasa.
Ini juga berlaku untuk personal finance. Banyak keluarga yang selamat dari krisis (PHK, penurunan income) bukan karena penghasilan besar, tapi karena sistem keuangan mereka rapi dan disiplin.
Bonus Tips: Gunakan Sistem & Pendampingan
Tiga kebiasaan ini mungkin kelihatannya kecil, tapi efeknya besar:
Dana darurat di rekening parkir → uang aman dan gak gampang kepakai.
Pisahkan uang wajib mati vs fleksibel → kamu tahu biaya minimal bisnis.
Catat transaksi mikro → margin bisnis akurat dan kebocoran ketahuan.
Ini bukan soal hemat berlebihan, tapi soal membangun sistem yang bikin kamu tahan krisis.
Mayoritas UMKM cuma catat transaksi besar seperti penjualan dan pembelian bahan baku. Sementara pengeluaran kecil-kecil (parkir, bensin, tips, snack untuk tim) sering diabaikan. Padahal bocor halus ini kalau dikumpulkan sebulan bisa jadi angka yang signifikan.
Jarang yang tahu: mencatat transaksi mikro gak harus ribet. Bisa pakai:
Aplikasi pencatat sederhana di HP (Money Lover, Catatan Keuangan Harian).
Template Google Sheet / Excel siap pakai.
Sistem keuangan otomatis yang sudah dibuat khusus untuk UMKM.
Dengan mencatat transaksi mikro, margin bisnis jadi lebih akurat. Kamu tahu biaya sebenarnya per produk/jasa, bukan cuma kira-kira.
Praktik nyata: Buat satu sheet khusus “pengeluaran mikro” yang terhubung ke laporan utama. Input sekali sehari. Dalam sebulan kelihatan pola kebocoran.
Dengan begitu, kamu gak cuma disiplin, tapi juga punya angka real-time yang bisa jadi bahan negosiasi ke bank/investor.
Beresin siap bantu kamu:
Merapikan pencatatan transaksi bisnis (besar dan kecil).
Membuat sistem pemisahan biaya otomatis.
Menyiapkan laporan keuangan yang dipercaya bank & investor.
📲 WhatsApp: 085121204404
📸 Instagram: @beresindotco